Assalamualaikum, Ibrahim gelar Tan Malaka.
Maaf bila surat ini kurang berkenan di hati Anda. Ah, tapi saya yakin Anda tak merasa terganggu. Anda kan, orang yang sangat terbuka bagi pemikiran-pemikiran baru :)
Pertama, izinkan saya mengungkapkan cinta saya pada Anda.
Cinta itu datang ketika saya tahu bahwa Anda berpendapat, sekolah adalah tempat terbaik untuk mencetak kader-kader baru dan mengeluarkan anak-anak jalanan dari kemiskinan. Anda juga berpendapat, anak-anak tak harus melulu dicekoki dengan kurikulum. Mereka juga harus diberi kebebasan seluas-luasnya untuk mengembangkan hobi mereka. Hei, tahukah Anda, kita sependapat dalam hal ini. Tapi saya tak sehebat Anda yang berani berbuat dengan mendirikan sekolah-sekolah. Saya hanya mampu menjadi guru, itu pun hanya empat tahun.
Cinta itu datang ketika saya tahu bahwa Anda berpendapat, sekolah adalah tempat terbaik untuk mencetak kader-kader baru dan mengeluarkan anak-anak jalanan dari kemiskinan. Anda juga berpendapat, anak-anak tak harus melulu dicekoki dengan kurikulum. Mereka juga harus diberi kebebasan seluas-luasnya untuk mengembangkan hobi mereka. Hei, tahukah Anda, kita sependapat dalam hal ini. Tapi saya tak sehebat Anda yang berani berbuat dengan mendirikan sekolah-sekolah. Saya hanya mampu menjadi guru, itu pun hanya empat tahun.
Sedangkan Anda, selain mendirikan sekolah yang makin lama makin besar saking banyaknya peminat, Anda juga menanamkan sikap percaya diri bagi para buruh untuk melawan penjajah Belanda. Tahukah Anda, hingga kini pun, para buruh masih begitu percaya diri memperjuangkan hak-hak mereka. Mungkin ruh Anda masih hidup dalam jiwa-jiwa tertindas? Saya kurang tahu.
Anda mungkin sosialis, tapi Anda bukan PKI. Bukankah Anda akhirnya memisahkan diri dari mereka? Mungkinkah itu sebabnya, pada tanggal 28 Maret 1963, melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 53, Presiden Soekarno menetapkan Anda sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional? Saya juga kurang tahu.
Dear Tan Malaka,
satu lagi yang sangat saya suka dari Anda, Anda menuliskan ide-ide Anda. Kurang lebih ada 26 buku yang Anda tulis. Mungkin karena kita sependapat bahwa usia ada batasnya, tetapi tulisan hidup selamanya :)
Sayangnya, hanya dua dari buku-buku yang Anda tulis yang pernah saya baca, Manifesto Jakarta dan Dari Penjara ke Penjara.Tapi tak apa, kan? Kalau Anda tak menulis, mungkin saya tak akan pernah mengenal Anda. Saya tak akan pernah tahu bahwa Anda memiliki pendapat-pendapat seperti, “Selama orang percaya bahwa kemerdekaan akan tercapai dengan jalan putsch/kudeta atau anarkisme, itu hanyalah impian seorang yang sedang terlanda demam.”
Dan juga, “Tetapi birokrasi dan otokratisme dalam partai tak dapat dihapuskan dengan makian-makian atau dengan meninju meja, tetapi dengan membiasakan bertukar pikiran secara bebas dan kerja bersama-sama semua anggota.”
Juga yang paling saya suka, “Putusan yang setengah betul tetapi dikerjakan dengan gembira oleh seluruh barisan, lebih baik daripada keputusan yang bagus sekali tetapi dikhianati oleh setengah anggota.”
Anda seorang yang punya visi dan konsisten menjalankannya. Sayang, masih banyak orang yang berpandangan miring tentang Anda. Padahal yang perlu mereka lakukan hanyalah membaca buku-buku Anda.
Dear Tan Malaka,
alangkah indahnya andai masih ada yang seperti Anda di Indonesia sekarang ini. Ah, tapi kita tak boleh berandai-andai, kan? Kita harus bekerja, seperti yang selalu Anda tanamkan.
Sekian dulu surat dari saya.
Wassalam,
Pengagummu
Postingan ini diikutsertakan dalam Kontes Dear Pahlawanku yang diselenggarakan oleh Lozz, Iyha dan Puteri
Sponsored by :
Gudlak, Jeeuunnkkkk....
BalasHapus*tos*
Tengkyuuuuuuuu.. Jeng :D
BalasHapus*tos*
“Selama orang percaya bahwa kemerdekaan akan tercapai dengan jalan putsch/kudeta atau anarkisme, itu hanyalah impian seorang yang sedang terlanda demam.”
BalasHapusQuote yang seharusnya diamini setiap WNI agar tak ada anarki di Indonesia tercinta.
Semoga menang, mbak. Saya suka suratnya. Juga salam kenal dari Jepara.
Iya Mbak, memang seharusnya begitu, ya. Tan Malaka menulis itu puluhan tahun lalu, sampai sekarang malah makin banyak anarki terjadi di Indonesia.. T_T
BalasHapusMakasih kunjungan baliknya ya, Mbak :)
saya malah lum pernah baca buku tan malaka, pengen beli :D
BalasHapusyup sosialisme enggak identik sama komunis. komunis itu malah sisi negatifnya dari sosialisme. :)
BalasHapussukses ya mbak ngontesnya :)
BalasHapusTerima kasih untuk partisipasinya..
BalasHapusArtikel sudah kami catat sebagai peserta Kontes Dear Pahlawanku
Salam merdeka..!
Insya Allah, sukses di kontes.
BalasHapusSaya masih mengumpulkan ide dulu.
Wuah, subhanallah, ada Mas Abi yang pernah menginspirasi saya :D
BalasHapusMakasih ud mampir, Mas.
Mudah-mudahan idenya cepat terkumpul, ya ^_^
@Arif: saya juga boleh baca punya teman, itu juga fotokopian, :D
BalasHapus@Iman: eh, gpp kan saya panggil Iman? Di about me-nya boleh toh? :D iya, sayangnya masih banyak orang yang menyamakan keduanya.
@Sarah: sama-sama, kamu juga ^_^
@Penyelenggara kontes: salam merdeka juga, Mbak ;)
Wow kereeen :D
BalasHapusKalau saya saya lebih senang dengan Buya Hamka :D Saya suka dengan pemikiran2nya :D
Hai Iam, makasih ud mampir ^_^
BalasHapusBuya Hamka juga saya suka. Eh, kalo gitu, kamu ikutan dong kontes kirim surat ini. Lumayan loh hadiahnya.. ^O^
Sukses ya mba bwt kontesnya
BalasHapus"Tetapi birokrasi dan otokratisme dalam partai tak dapat dihapuskan dengan makian-makian atau dengan meninju meja, tetapi dengan membiasakan bertukar pikiran secara bebas dan kerja bersama-sama semua anggota"
BalasHapuskereeennn... ^^d
@Cikvee: makasih kunjungannya ^_^
BalasHapus@Miss U: emang keren, makanya saya jatuh cinta pada beliau. Makasih ud mampir, ya ^_^
Setuju bahwa sebuah karya tulis akan membuat penulisnya dikenang abadi. (mudah2an jadi motivasi untuk menulis...!).
BalasHapus@Abinya Gilang: iya benar :)
BalasHapusjaman sekarang susah nemu orang yang bener2 bisa disebut pahlawan ya, kecuali ibu.
BalasHapusYup Rain, bener banget. Sepertinya, tiap ibu adalah pahlawan bagi anak-anak mereka.
BalasHapusEh, tapi ayah juga pahlawan, lho :D
moga menang ya....
BalasHapusTan malaka, sebuah nama besar bagi bangsa Indonesia namun kurang dikenal. Saya yakin perjuangan beliau sangat berarti bagi bangsa ini.
BalasHapusSemoga dengan surat ini kita bisa meneladani apa-apa yang telah beliau berikan kepada Indonesia
lhaa kok ilang komenku ...
BalasHapusSejujurnya aku belum tahu tentang Tan Malaka. Aku juga belum pernah membaca karya2nya...
BalasHapusTernyata sosok Tan Malaka diliputi kontroversi ya?
BalasHapusSemoga sukses ya kontesnya.. :D
Adakah yang berani menjadi pahlawan pemberantas korupsi hingga tuntas di negeri kita ini???
BalasHapusmakasih ya mbak dah ikutan dear pahlawanku. perspektifnya tan malaka yang kusuka adalah bahwa anak diberi kebebasan sesuai hobinya. hmm..suka bgt. salam pu
BalasHapusKapan ya di Indonesia muncul tokoh-tokoh semacam Tan Malaka
BalasHapusmatur nuwun untuk pertisipasinya mbak Della
aduh, jujur saya jurang tahu Tan Malaka itu siapa.
BalasHapusTapi namanya pernah dengar. Setelah abca tulisannya, setidaknya dapat gambaran siapa itu Tan Malaka :)
Wow cool mbak, semoga si Tan Malaka baca *eh*
BalasHapusHehehe...
Semoga menang yaaa...
@Mbak Fanny amin.. makasih doanya, Mbak ^_^
BalasHapus@ Mandor amin.. komennya bukan hilang, tapi dimoderasi dulu dan mohon maaf lama karena saya libur internet saat weekend ^_^
@ Mbak Reni iya Mbak, kontroversial :D
Makasih doanya ^_^
@Mas Mufti waaahhh.. kalau itu, saya kurang tahu, Mas :)
BalasHapus@Pu sama-sama ^_^
Iya, itu juga yang saya suka dari beliau :)
@Mas Akbar insya Alloh nanti ada Mas, selama kita semua terus berusaha ^_^
@Sulung soalnya pahlawan Indonesia banyak banget sih ^_^
BalasHapusMakasih ud mampir, ya ^_^
Una kalau dia beneran baca, gimana ya? Hehehehe..
Sama-sama Una, gudlak juga yaaa.. \^O^/
aku ga ke MK tadi mbak :)
BalasHapusmbak tau pak satya arinanto gak? mantan dosen pembimbing skripsiku. :)
Lah si Pu, dibalesnya di sini :D
BalasHapusNggak kenal, Pak Satya itu di lantai berapa? Aku nggak kenal semua lantai, orang di sini juga belom ada setahun :)
saya salut ama langkah perjuangan tan malaka. ibrahim mendapat julukan hero of lonely. karena dia berjuang sendiri dan dalam pengasingan. dan sejarahnya yang diburamkan oleh penguasa. di sini letak heroismenya
BalasHapustan malaka hidup dalam pengasingan, menjadi pahlawan kesepian, tapi jasanya luar biasa. BTW komentar sebelum ini kok hilang ya. apa gak masuk hitung
BalasHapus@Mas Rusydi: iya, Mas. Mungkin memang benar apa kata banyak orang, penulisan sejarah bergantung pada siapa penguasanya saat itu.
BalasHapusKomen Mas bukannya hilang, cuma belum dimoderasi saja :)
Makasih sudah mampir, ya ^_^
baru mo ikutan kontesnya, eh.. ternyata dah lewat. hahahhaha..
BalasHapusnasib dak sempat BW cak ini dah. T,T
Etapi masih banyak kontes lain loh, Acci ;)
BalasHapusSalam kenal, mbak.
BalasHapusSendalnya itu loh,,, lucu...
Sama-sama. Sendalnya limited edition, nih, nggak ada lagi yang punya :D
BalasHapusjaman sekarang susah nemu orang yang bener2 bisa disebut pahlawan ya, kecuali ibu.
BalasHapusMungkin juga ya, tapi yang pasti bukan saya, walaupun saya juga seorang ibu, tapi saya jauh banget nih dari perilaku pahlawan, hehehe..
BalasHapusMakasih udah singgah ya, Herman ^_^
“Putusan yang setengah betul tetapi dikerjakan dengan gembira oleh seluruh barisan, lebih baik daripada keputusan yang bagus sekali tetapi dikhianati oleh setengah anggota.”
BalasHapussuka deh suratnya mak.. ^^
@Epay, makaciiiiihhh.. >O<
BalasHapusTan Malaka, ehmm,,, tak banyak cerita tentang beliau, namun artikel ini memberikan cerita lebih, dengan penuturan yang enak dibaca,, good choice.. :)
BalasHapus-Artikel Sedang dinilai-
Aduh Iyha, jadi deg-degan, euy :D
BalasHapus